Info Pertanian | Plant Biotechnology | Plant Science | Plant Tissue Culture
Kementerian Pertanian RIDinas Pertanian ● Kampus Pertanian ● Dinas Perikanan ● Dinas Kehutanan ● Lain-lain

Kamis, 06 Maret 2014

Pengembangan Bio Fuel di Indonesia


Bio-Fuel secara singkat adalah Bahan bakar yang berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan, yang juga disebut Non-Fossil Energy.

Berbeda dengan Bahan Bakar yang banyak kita kenal saat ini yaitu Bahan Bakar Motor, Minyak Tanah, Minyak Diesel yang termasuk kelompok Fossil Energy.

Kesadaran akan makin berkurangnya cadangan Bahan bakar berbasis Fossil Energy ini, diiringi dengan banyaknya kritik tentang Emisi Karbon yang dihasilkan oleh Bahan Bakar ini, membuat para Perusahaan Raksasa Minyak Dunia pun mulai beralih melakukan penelitian dan bahkan investasi di Non Fossil Energy ini.

Bio-Fuel menjadi primadona dengan kemasan yang ramah lingkungan. Walaupun ada juga pihak yang menentang BioFuel dengan alasan akan adanya pertarungan antara Food untuk manusia dan Food untuk Kendaraan bermotor dan Industri.
Apa komoditi dan bahan baku utama Bio-Fuel?
Ada 4 bahan baku utama yang saat ini digunakan:
  1. Palm: atau juga dikenal dengan Kelapa Sawit
  2. Jatropa Curcas: atau Jarak Pagar
  3. Sugar cane: atau tanaman Tebu
  4. Cassave: atau Ubi Kayu
Bisa dilihat bahwa smeuanya adalah berbasis bahan dari tumbuhan yang juga dikonsumsi oleh Manusia.
Produk dari Bio-Fuel:
  1. Bio-Ethanol: digunakan sebagai pengganti BBM (Gasoline) pada transportasi, dengan target 10%. Bahan bakunya adalah dari Sugar cane (Tanaman Tebu) dan Cassava (Ubi Kayu).
  2. Bio-Diesel: akan menjadi pengganti Bahan Bakar Diesel (Solar) yang akan digunakan untuk Transportasi (10%) dan Power Plant (50%). Bahan Bakunya adalah dari Kelapa Sawit dan jarak Pagar.
  3. Bio-Oil mempunyai 3 turunan yaitu:
    • Bio-Kerosin: sebagai pengganti Minyak Tanah di rumah tangga (10%) dengan berbahan baku Kelapa Sawit dan Jarak Pagar
    • Bio-Oil: sebagai pengganti Automotive Diesel Oil (ADO) untuk transportasi (10%) dan Power Plant (10-50%), dan Bio-Oil sebagai pengganti Industry Diesel Oil (IDO) untuk Transportasi Laut dan Kereta Api (10%), juga bahan baku yang sama dengan Bio-Kerosin.
    • Bio-Oil: sebagai pengganti Minyak Bakar (Fuel Oil) untuk Industry sebanyak 50%. Bahan baku nya adalah Kelapa Sawit dan Jarak Pagar.
    • Bio-Diesel: sebagai pengganti Bahan Bakar Solar pada Transportasi (10%) dan Power Plant (50%). Bahan bakunya adalah Kelapa Sawit dan Jarak Pagar.
Pada saat ini, Bio-Diesel (B-5) sudah dipasarkan di 201 Gas Station di Jakarta dan 12 gas Station di Surabaya.
Sedangkan Bio-Etahnol (E-5) yang juga dikenal dengan sebutan Bio-Premium sudah dijual di Malang dan Jakarta.
Desember 2006 lalu, telah dikenalkan apa yang disebut Bio-Pertamax di 1 Gas Station di Jakarta.
Beberapa Producer Bio-Fuel yang sudah dikenal di Indonesia adalah:
  1. PT. Eterindo Jawa Timur
  2. PT. Molindo Raya
  3. PT. Lampung Destileri
  4. PT. Energi Alternatif Indonesia
  5. PT. Sumi Asih
  6. PT. Platinum
  7. PT. Wilmar Bioenergi Indonesia
Data dari Department ESDM juga menyebutkan sejumlah Power Plant yang sudah menggunakan Biofuel sebagai bahan bakarnya, yaitu:
Pengembangan Bio Fuel di Indonesia - http://pertaniandotinfo.blogspot.com/

Saat ini ada 13 Perusahaan yang memproduksi BioFuel, sebagai berikut:
Pengembangan Bio Fuel di Indonesia - http://pertaniandotinfo.blogspot.com/

Ini adalah angka target 2010.
Pemerintah Indonesia sendiri, dalam kerangka pengembangan BIOFUEL ini, ini mempunyai target untuk tahun 2010 sebagai berikut:
  1. Menciptakan lapangan pekerjaan bagi 3.5 juta orang
  2. Meningkatkan pendapatan petani minimal menyamai UMR
  3. Mengembangkan tananaman bahan Biofuel di 5.5 juta hektar tanah
  4. Terbentuknya 1000 Daerah yang-Self-Sufficient-Energy (DESA MANDIRI) dan 12 daerah khusus BIOFUEL
  5. Mengurangi ketergantungan akan Fossil Fuel paling tidak 10%
  6. Menghemat Valuta Asing sampai US$10 Milliar
  7. Memenuhi kebutuhan BIOFUEL dalam enegri dan eksport
Pemerintah juga menyiapkan payung hukum dalam bentuk Keputusan President ataupun Peraturan Perundang-undangan lainnya seperti:
  1. Peraturan President No. 5/2006 tentang Kebijaksanaan Energi Nasional
  2. Instruksi President No. 1/2006 tentang Pengadaaan dan Penggunaan Biofuel sebagai energi alternative
  3. Dektrit President No. 10/2006 tentang Pembentukan team nasional untuk Pengembangan Biofuel
Untuk menyebut sebagian saja.
sumber: Departement Energi dan Sumber Daya Alam

Peneliti UNS Temukan Bio Fuel ‘Genderuwo’

Peneliti UNS Temukan Bio Fuel ‘Genderuwo’ - http://pertaniandotinfo.blogspot.com/
Penggunaan bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia kini tengah diliputi kelangkaan suplai dalam negeri. Kasus terakhir, solar sempat menghilang dari pasaran karena terbatasnya stok solar dan mengakibatkan antrian kendaraan yang panjang di berbagai kota. Kelangkaan dan keterbatasan produksi BBM ini pun mendorong Dr. Ir.Endang Yuniastuti, MSi untuk meneliti biofuel dengan bahan dari tanaman genderuwo sebagai pengganti BBM. “Tanaman yang memiliki nama latin Sterculia Foetida Linn ini banyak tumbuh di sekitar pemakaman karena itu banyak masyarakat yang menyebutnya tanaman genderuwo,” ungkap dosen Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret (FP UNS) itu ketika ditemui di ruang kerjanya, Senin (8/4). 
Penggunaan bio fuel Genderuwo diakui olehnya sebagai bahan bakar yang ramah lingkungan. Ia menyebutkan bahwa bio fuel ini telah diujicobakan pada sejumlah mesin industri dan mesin kendaraan 2 tak-4 tak. “Dari hasil ujicoba, fuel tanaman genderuwo memiliki tingkat emisi yang sangat rendah dan tidak menghasilkan polutan sehingga ramah bagi lingkungan,” tuturnya. Keuntungan lain dari penggunaan bio fuel genderuwo, lanjut Endang, adalah harganya yang terjangkau bagi masyarakat. Ia menyebutkan, dari hasil kalkulasinya harga bio fuel genderuwo kurang dari Rp 3.000 per liternya. Sebagai perbandingan, bio fuel tanaman genderuwo lebih efisien daripada tanaman bio fuel lainnya, seperti jarak. 
“Campuran bio fuel genderuwo dengan solar dapat 1:10 hingga 1:50, sedangkan tanaman jarak hanya 1:1. Jadi, bio fuel ini lebih efisien,” tandas dia. Untuk mendapatkan bio fuel ini, tanaman genderuwo diolah melalui proses ekstrasifikasi, yaitu biji tanaman genderuwo yang telah tua kemudian dihancurkan dan diperas untuk diambil asam lemaknya. Kandungan minyak yang tinggi terutama asam lemak sterkulat inilah yang menjadikan tanaman yang memiliki sebutan fruits of mystis ini menjadi potensial sebagai bio fuel. Proses tersebut menghasilkan bio fuel hingga 80%. “Untuk skala lab bisa mencapai 80%, jika dikompres biasa 70%. 
Padahal tanaman jarak hanya sebesar 35%,” terangnya. Bio fuel yang dihasilkan dari tanaman genderuwo inipun dapat diolah menjadi bio diesel sebagai bahan bakar mesin diesel. Berdasarkan penelitiannya sejak 2008, ia mengatakan bahwa titik didih bio fuel genderuwo mencapai 220 derajat, sehingga dapat digunakan sebagai subtitusi bahan bakar solar. “Titik didih solar hanya 180 derajat, sedangkan bio diesel dari tanaman genderuwo mencapai 220 derajat. Jadi sudah cukup untuk menggantikan solar sebagai bahan bakar mesin diesel,” tegasnya. Endang pun menjamin ketersediaan pasokan bahan baku biji tanaman genderuwo bila akan dilakukan produksi massal bio fuel tersebut. 
“Tanaman ini biasa tumbuh di dataran rendah dan memiliki masa produksi relatuf lebih lama. Tanaman ini juga dapat bertahan hingga ratusan tahun dengan menghasilkan sepanjang waktu. Ia setiap saat berbunga dan menghasilkan buah. Tetapi musim besarnya sekitar Februari-Maret,” kata Endang. Saat ini dia telah menawarkannya ke Pertamina untuk produksi massal. “Yang seharusnya memproduksi secara massal adalah pemerintah. Saya tidak punya lahan untuk budidaya tanaman ini,” ujarnya. Ia berharap hasil penelitiannya ini dapat dipergunakan untuk kesejahteraan masyarakat, sehingga tidak hanya sebatas penelitian.
Sumber : http://eprints.uns.ac.id/1840/












Pelatihan Biofuel


UPT Lab Terpadu UNDIP akan menyelenggarakan pelatihan Biofuel pada Tanggal 28-29 Januari 2014 di UPT Lab Terpadu.

Training ini akan diberikan praktek dan teori untuk : 

Analisis kharakteristik biofuel.

Materi meliputi : 
  1. Kebijakan ttg Bioenergy, 
  2. Standar SNI dan Internasional ttg Biodiesel, Bioethanol dan Biofuels, 
  3. Metode analisis Biodiesel dan Bioethanol, 
  4. Cara Kerja Analisis Kalor, 
  5. Cara Kerja Analisis Bilangan Oktana, 
  6. Cara Kerja Analisis Cloud Point and Pour Point, 
  7. Cara Kerja Analisis Bilangan Penyabunan, Peroksida dan Bilangan Asam.
Materi akan diberikan oleh Ahli Biofuel dari UNDIP dan PT ITS Indoensia

Untuk informasi lebih lanjut hubungi : UPT Lab Terpadu (081326477628) atau email : h.hadiyanto@undip.ac.id

IPB Kembangkan Ganggang Sebagai Biofuel

IPB Kembangkan Ganggang Sebagai Biofuel | http://pertaniandotinfo.blogspot.com/


BOGOR--MI: Setelah jarak pagar, Institut Pertanian Bogor (IPB) mengembangkan mikro alga atau ganggang mikro sebagai biofuel. Ini terungkap seminar bertajuk The Next Prospective Environmental Biofuel Feedstock di IPB International Convention Center (IICC), Botani Square, Selasa (26/8).

"Memang hingga saat ini, aplikasi pengembangan ganggang menjadi biofuel masih jarang. Selama ini mikroalga lebih banyak dikembangkan untuk bahan baku kosmetik dan farmasi saja," kata Mujizat Kawaroe, peneliti Surfactant and Bioenergy Research Center (SBRC) IPB.

Ia menyebutkan di dunia ini ada empat kelompok mikroalga antara lain, diatom (Bacillariophyceae), ganggang hijau (Chlorophyceae), ganggang emas (Chrysophyceae), dan ganggang biru (Cyanophyceae). Keempatnya bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku biofuel.

Hasil penelitian yang dilakukan SBRC IPB, menunjukkan Chlorella dan Dunaliella memiliki kandungan senyawa bioaktif mikroalga yang ideal sebagai bahan baku biofuel. Menurut Mujizat karakteristik spesies mikroalga ideal yang dikembangkan menjadi biofuel antara lain memiliki kandungan lemak tinggi, adaptif terhadap perubahan lingkungan dan cepat laju pertumbuhannya. "Untuk mendapatkan satu liter biofuel dibutuhkan 5 ton mikroalga. Jumlah bahan baku ini termasuk masih sedikit," katanya.

Mujizat menjelaskan pembuatan mikroalga menjadi biofuel dimulai dengan mengindentifikasi dan mengisolasi mikroalga dan dikembangbiakan. "Selanjutnya dilakukan ekstrasi (pemisahan) dengan pelarut hexan atau dietil eter. Metode ekstraksi bisa dipilih sesuai kebutuhan," jelasnya.

Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan IPB, Prof.Dr.Yonny Koesmaryono MS menilai pengembangan ganggang sebagai biofuel sangat cocok dilakukan Indonesia yang memiliki luas lautan dua pertiga dari luas wilayahnya. (DD/OL-06)


Penulis : Dede Susanti
Sumber : http://www.mediaindonesia.com/

Antisipasi Bencana Gunung Meletus Terhadap Lahan Pertanian Belum Disiapkan

Antisipasi Bencana Gunung Meletus Terhadap Lahan Pertanian Belum Disiapkan - http://pertaniandotinfo.blogspot.com/
 
Kepala Subdirektorat Dampak Perubahan Iklim, Kementerian Pertanian (Kementan) Gatot Ari Putranto mengakui penanggulangan pertanian yang terkena peristiwa gunung meletus masih belum siap.

"Kita (Kementerian Pertanian-red) masih tergagap dalam penanggulangan bencana di Sinabung dan Kelud. Kita belum siap dalam penanggulangan dan penanganan, tetapi untuk bencana banjir dan longsor kita sudah siap," ujar Gatot saat ditemui usai Lokakarya "Sinkronisasi Kebijakan Penanggulangan Bencana dan Dampak Terhadap Pertanian" di gedung rektorat IPB, Dramaga, Kabupaten Bogor, Kamis.
Gatot menjelaskan, ketidaksiapan yang dimaksudkan adalah, upaya dalam pemulihan lahan pertanian, ganti rugi kerusakan lahan, serta kelangsungan pertanian di wilayah yang terkena dampak erupsi gunung masih belum memiliki model.

Ia mengatakan diperlukan model-model dalam penanggulangan bencana alam gunung meletus karena saat ini penanggulangan bencana yang ada di Kementerian Pertanian fokus terhadap banjir, longsor dan serangan hama.

"Model tersebut seperti perhitungan resiko bencana, bantuan apa yang bisa diberikan, dan sebagainya," ujarnya.


Dikatakannya, untuk dampak bencana banjir, longsor dan hama, Kementerian Pertanian telah memiliki upaya-upaya yang juga didukung oleh alokasi anggaran, sehingga pemulihan pertanian pasca bencana longsor dan banjir bisa teratasi.

Salah satu upaya penanggulangan bencana banjir dan longsor seperti salah satunya Cadangan Bibit Nasional (CBN). Dimana lahan yang rusak akan ditanami kembali dengan bantuan bibit tersebut.

"Untuk gunung meletus ini diperlukan model-modelnya, dan kita baru tahun di IPB kajian tentang penanggulangan bencana ini sudah ada. Kita harapkan IPB bisa membantu membuat model-modelnya," ujar Gatot.

Dampak bencana alam terhadap sektor pertanian cukup besar, seperti di Kelud total kerugian di sektor tersebut mencapai angka Rp1,2 miliar. Sedangkan di Sinabung luas lahan pertanian yang rusak sebesar 26,666.11 hektar.

"Oleh karena itu, kami mengharapkan IPB dapat membantu Kementerian Pertanian dalam melakukan kajian penanggulangan bencana ini sehingga upaya-upaya dan langkah-langkah bantuan apa saja yang diberikan bisa memulihkan kembali produksi pangan," ujarnya.

Lokakarya Sinkronisasi Kebijakan Penanggulangan Bencana dan Dampak Terhadap Pertanian yang diselenggarakan oleh Direktorat Kajian Strategis dan Kebijakan Pertanian (KSKP) bekerja sama dengan Pusat Studi Bencana LPPM-IPB ini menghadirkan sejumlah pembicara diantaranya, Direktur Pengurangan Resiko Bencana (BNPB), Lilik Kurniawan, Kepala Pusat Studi Bencana IPB Prof Euis Sunarti, Wakil Kepala LPPM IPB Bidang Pengabdian pada Masyarakat Dr Hartoyo dan Direktur KPSKP, Dr Dodik Ridho Nurrochmat.

Dr Dodik menyebutkan bencana alam juga memiliki dampak besar pada sektor pertanian. Selama ini upaya penanggulangan bencana yang dilakukan terfokus pada tanggap darurat memberikan bantuan berupa sadang, pangan, pakaian dan papan.

"Sementara penanggulangan bencana di sektor pertanian baru dilakukan secara makro atau umum. Padahal ini membutuhkan penanganan yang cepat, mengingat sektor pertanian akan berdampak tidak hanya kesejahteraan pertanian tapi juga ketahanan pangan kita," ujarnya.

Dodik mengatakan, melalui lokakarya ini KSPK IPB mencoba memaparkan kajian-kajian dampak bencana terhadap pertanian. Dengan harapan pemulihan dampak bencana di sektor pertanian lebih di fokuskan sehingga para petani tidak kehilangan mata pencahariannya dan ketersediaan pangan tetap terjaga.
Sumber: Antara
 
Email : humas@pertanian.info
Website : http://www.pertanian.info
Saka Taruna Bumi ● WebGis Pertanian ● Suara Petani ● E-Magazine ● E-Document ● E-Reporting ● E-Monev