Aquaponics
 sama tuanya dengan alam itu sendiri. Sylvia Bernstein, yang berkebun 
hidroponik sejak lama mengatakan, "Aquaponics benar-benar merupakan 
sistem sirkulasi lahan basah, sehingga sistem itu berjalan tepat di tepi
 danau kami."
Ia bercocok tanam tanpa tanah, menggunakan pupuk kimia yang larut dalam 
air, sebelum mengetahui ia bisa menggunakan air limbah dari ikan untuk 
menanam sayuran dan buah-buahan organik.
"Jujur, saya sangat skeptis dan sangat tidak percaya bahwa sesuatu yang 
sederhana, seperti limbah ikan, bisa menjadi pupuk yang lengkap. Jadi 
saya harus benar-benar melihat sistemnya dulu di ruang bawah tanah rumah
 teman. Tapi ketika saya sudah melihatnya, hal itu mengubah hidup saya,"
 paparnya.
Itu terjadi tiga tahun lalu. Bernstein membangun sistem aquaponics 
pertamanya bersama anaknya yang berusia 15 tahun pada bantalan beton di 
luar rumahnya di Boulder, Colorado. Dalam rumah kacanya kini, ia 
terutama berternak ikan nila
 dan ikan forel - memberi mereka makan sekali sehari. Tidak ada rumput 
liar pada kebun aquaponicsnya, dan ia tidak perlu khawatir soal 
penyiraman. Tanaman tumbuh dalam wadah-wadah setinggi meja supaya mudah 
diurus.
Bernstein menuturkan lagi, "Baru saja, pagi ini, saya mencabut empat 
lobak dan sejumlah daun selada untuk makan siang. Dalam rumah kaca saya 
sekarang ini, saya menanam segala macam tanaman bumbu, tomat, dan 
paprika."
Bernstein memulai bisnisnya sendiri, The Aquaponics Source, dengan toko 
di internet, saluran YouTube sendiri, dan blog-nya, 
theaquaponicsources.com. Ia mengajarkan aquaponics di Denver Botanic 
Gardens dan baru-baru ini menerbitkan buku tentang cara membuat kebun 
aquaponic di rumah.
Menurut Berstein, semakin banyak orang di Amerika maupun di seluruh 
dunia berkebun aquaponics, dan menikmati hasilnya: pasokan makanan yang 
sehat, aman dan lezat sepanjang tahun.
Internet membantu banyak orang yang berkebun aquaponic saling terhubung dan belajar.
James Godsil, yang ikut mendirikan Sweet Water Organic, kebun aquaponics
 komersial di Milwaukee, Wisconsin, tiga tahun lalu, mengatakan, 
"Aquaponics paling pas bagi kesehatan mental dan fisik seseorang.”
Tahun 2010 ia membantu mendirikan yayasan untuk mempromosikan cara baru dalam berkebun itu.
"Yayasan Sweet Water didedikasikan untuk demokratisasi dan globalisasi 
informasi dan metodologi yang diperlukan dalam memajukan sistem produksi
 pangan, yang sangat ramah lingkungan ini, yang hanya menggunakan 
sekitar 10 persen air dari pertanian biasa, dan tidak menggunakan 
pestisida. Serba alami," papar Godsil lagi.
Menurut Godsil, kelebihan-kelebihan itu telah menjadi insentif dahsyat 
bagi orang-orang dari semua lapisan masyarakat yang sedang 
mempertimbangkan karir dalam aquaponics.
"Yayasan Sweet Water mungkin telah memiliki 500 pendukung, termasuk 
siswa-siswa sekolah, komunitas pensiunan insinyur, profesional, 
tokoh-tokoh sosial, guru dan seniman. Ada begitu banyak dewasa muda yang
 akan pensiun dan mencoba karir lain untuk 20 tahun ke depan," 
tambahnya.
Melalui kerjasama dan proyek bersama, Godsil membawa inspirasi itu ke luar perbatasan wilayah Amerika.
Ia mengatakan, "Saya diminta pergi ke Venezuela Maret ini. Saya bekerja 
sama dengan orang-orang yang punya proyek di Ekuador. Saya bekerja 
dengan orang-orang di Kongo, Uganda dan Tanzania."
Subra Mukherjee adalah sekretaris kelompok swasta di Kolkata, India.
Godsil menambahkan, "Kami sudah membentuk inisiatif aquaponics 
Indo-Amerika ini, dan kami bertujuan menjadikan aquaponics salah satu 
kegiatan ekonomi yang tumbuh paling cepat di India dalam 10 tahun."
Kelompok swasta itu bernama Masyarakat Teknologi Tepat Guna untuk 
Agribisnis Pedesaan, yang bermitra dengan Yayasan Sweet Water 
mengupayakan inisiatif tersebut di India.
Mukherjee menuturkan, “Kami bekerja di lokasi yang disebut Sunderbans, 
terletak di Bengali Barat. Masyarakat di sini sangat miskin dan kondisi 
tanahnya membuat tanaman tidak tumbuh. Jadi, saya yakin, teknologi 
seperti aquaponics ideal untuk situasi-situasi ini. Kita betul-betul 
bisa melakukannya di tengah-tengah wilayah kumuh di kota-kota. Jadi, ini
 contoh yang sangat baik bagi masyarakat perkotaan maupun pedesaan.”
Para advokat mengatakan, dengan naiknya harga bahan bakar dan pupuk, 
sementara pasokan air irigasi berkurang, aquaponics memberi alternatif 
berkelanjutan yang bisa membantu memberi makan penduduk dunia yang 
jumlahnya terus bertambah.
sumber: voa-indonesia

0 komentar:
Posting Komentar