Pada
awalnya, kurang lebih 15 tahun lalu. Jagung bukanlah komoditas pilihan
apalagi andalan petani Nganjuk. Saat itu yang jadi andalan adalah
kedelai, dengan alasan murahnya biaya produksi (tidak membutuhkan banyak
air) dan sebaliknya jagung kurang populer karena membutuhkan biaya yang
lebih dibanding kedelai. Tetapi sekitar tahun 1995 terjadi ledakan hama
kedelai. saat itu hama ulat berkembang sangat luar biasa. penggunaan
pestisidapun sudah tidak efektif, dan pengendalian terbaiknya dengan
cara manual (diambil satu-satu) pada malam hari pula. ketika serangan
ulat belum bisa diatasi muncul serangan cabuk, terutama cabuk merah yang
langsung membunuh kedelai.
Dan pilihan berganti pada tanaman jagung menjadi hal yang paling bijak, dan paradigma biaya produksi jagung lebih mahal sedikit demi sedikit mulai terkikis. kebutuhan airpun dipenuhi dengan penggunaan mesin pompa air.
Tetapi bukannya tanpa kendala, akhir-akhir ini pertanian jagung yang pernah jadi primadona juga memiliki sejumlah kendala yang butuh dipikirkan bersama solusinya. jika setahun lalu karena ada anomali cuaca serangan bulai begitu ganas dan menyebabkan ribuan hektar tanaman jagung gagal panen, saat ini kendalanya mungkin lebih pada harga jual yang tidak bisa ditingkatkan. Dari pengamatan saya, mungkin karena di Nganjuk sepanjang tahun bisa kita jumpai lahan pertanian jagung yang cukup luas, dibeberapa lahan pertanian di pegunungan mulai konversi menjadi lahan tanaman jagung. Masalah yang tak kalah menariknya adalah penggunaan limbah cair untuk "pupuk" yang sampai saat ini menjadi dilema. Dan jangan lupakan dulu pernah beredar benih palsu, untuk masalah ini petani tidak perlu terlalu cemas aparat sangat sigap mengatasinya.
Meski banyak kendala dalam pertanian jagung, tetaplah jagung menjadikan pilihan teraman bagi petani, apalagi hanya tanaman jagung yang bisa diberi tanaman sela seperti kacang hijau, kacang panjang, metimun dll. Tapi tetap saja petani butuh solusi jangka panjang dengan harapan petani bisa lebih sejahtera dari hasil bertaninya. Misalnya dengan mengenalkan teknologi pertanian terbaru sehingga petani dapat bertani dengan lebih efektif. Dan kebijakan yang memihak petani juga tak kalah penting.
Semoga petani sejahtera.
sumber gambar : voaindonesia.com
Dan pilihan berganti pada tanaman jagung menjadi hal yang paling bijak, dan paradigma biaya produksi jagung lebih mahal sedikit demi sedikit mulai terkikis. kebutuhan airpun dipenuhi dengan penggunaan mesin pompa air.
Tetapi bukannya tanpa kendala, akhir-akhir ini pertanian jagung yang pernah jadi primadona juga memiliki sejumlah kendala yang butuh dipikirkan bersama solusinya. jika setahun lalu karena ada anomali cuaca serangan bulai begitu ganas dan menyebabkan ribuan hektar tanaman jagung gagal panen, saat ini kendalanya mungkin lebih pada harga jual yang tidak bisa ditingkatkan. Dari pengamatan saya, mungkin karena di Nganjuk sepanjang tahun bisa kita jumpai lahan pertanian jagung yang cukup luas, dibeberapa lahan pertanian di pegunungan mulai konversi menjadi lahan tanaman jagung. Masalah yang tak kalah menariknya adalah penggunaan limbah cair untuk "pupuk" yang sampai saat ini menjadi dilema. Dan jangan lupakan dulu pernah beredar benih palsu, untuk masalah ini petani tidak perlu terlalu cemas aparat sangat sigap mengatasinya.
Meski banyak kendala dalam pertanian jagung, tetaplah jagung menjadikan pilihan teraman bagi petani, apalagi hanya tanaman jagung yang bisa diberi tanaman sela seperti kacang hijau, kacang panjang, metimun dll. Tapi tetap saja petani butuh solusi jangka panjang dengan harapan petani bisa lebih sejahtera dari hasil bertaninya. Misalnya dengan mengenalkan teknologi pertanian terbaru sehingga petani dapat bertani dengan lebih efektif. Dan kebijakan yang memihak petani juga tak kalah penting.
Semoga petani sejahtera.
sumber gambar : voaindonesia.com
0 komentar:
Posting Komentar