Info Pertanian: Maret 2014 | Plant Biotechnology | Plant Science | Plant Tissue Culture
Kementerian Pertanian RIDinas Pertanian ● Kampus Pertanian ● Dinas Perikanan ● Dinas Kehutanan ● Lain-lain

Kamis, 06 Maret 2014

Pengembangan Bio Fuel di Indonesia


Bio-Fuel secara singkat adalah Bahan bakar yang berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan, yang juga disebut Non-Fossil Energy.

Berbeda dengan Bahan Bakar yang banyak kita kenal saat ini yaitu Bahan Bakar Motor, Minyak Tanah, Minyak Diesel yang termasuk kelompok Fossil Energy.

Kesadaran akan makin berkurangnya cadangan Bahan bakar berbasis Fossil Energy ini, diiringi dengan banyaknya kritik tentang Emisi Karbon yang dihasilkan oleh Bahan Bakar ini, membuat para Perusahaan Raksasa Minyak Dunia pun mulai beralih melakukan penelitian dan bahkan investasi di Non Fossil Energy ini.

Bio-Fuel menjadi primadona dengan kemasan yang ramah lingkungan. Walaupun ada juga pihak yang menentang BioFuel dengan alasan akan adanya pertarungan antara Food untuk manusia dan Food untuk Kendaraan bermotor dan Industri.
Apa komoditi dan bahan baku utama Bio-Fuel?
Ada 4 bahan baku utama yang saat ini digunakan:
  1. Palm: atau juga dikenal dengan Kelapa Sawit
  2. Jatropa Curcas: atau Jarak Pagar
  3. Sugar cane: atau tanaman Tebu
  4. Cassave: atau Ubi Kayu
Bisa dilihat bahwa smeuanya adalah berbasis bahan dari tumbuhan yang juga dikonsumsi oleh Manusia.
Produk dari Bio-Fuel:
  1. Bio-Ethanol: digunakan sebagai pengganti BBM (Gasoline) pada transportasi, dengan target 10%. Bahan bakunya adalah dari Sugar cane (Tanaman Tebu) dan Cassava (Ubi Kayu).
  2. Bio-Diesel: akan menjadi pengganti Bahan Bakar Diesel (Solar) yang akan digunakan untuk Transportasi (10%) dan Power Plant (50%). Bahan Bakunya adalah dari Kelapa Sawit dan jarak Pagar.
  3. Bio-Oil mempunyai 3 turunan yaitu:
    • Bio-Kerosin: sebagai pengganti Minyak Tanah di rumah tangga (10%) dengan berbahan baku Kelapa Sawit dan Jarak Pagar
    • Bio-Oil: sebagai pengganti Automotive Diesel Oil (ADO) untuk transportasi (10%) dan Power Plant (10-50%), dan Bio-Oil sebagai pengganti Industry Diesel Oil (IDO) untuk Transportasi Laut dan Kereta Api (10%), juga bahan baku yang sama dengan Bio-Kerosin.
    • Bio-Oil: sebagai pengganti Minyak Bakar (Fuel Oil) untuk Industry sebanyak 50%. Bahan baku nya adalah Kelapa Sawit dan Jarak Pagar.
    • Bio-Diesel: sebagai pengganti Bahan Bakar Solar pada Transportasi (10%) dan Power Plant (50%). Bahan bakunya adalah Kelapa Sawit dan Jarak Pagar.
Pada saat ini, Bio-Diesel (B-5) sudah dipasarkan di 201 Gas Station di Jakarta dan 12 gas Station di Surabaya.
Sedangkan Bio-Etahnol (E-5) yang juga dikenal dengan sebutan Bio-Premium sudah dijual di Malang dan Jakarta.
Desember 2006 lalu, telah dikenalkan apa yang disebut Bio-Pertamax di 1 Gas Station di Jakarta.
Beberapa Producer Bio-Fuel yang sudah dikenal di Indonesia adalah:
  1. PT. Eterindo Jawa Timur
  2. PT. Molindo Raya
  3. PT. Lampung Destileri
  4. PT. Energi Alternatif Indonesia
  5. PT. Sumi Asih
  6. PT. Platinum
  7. PT. Wilmar Bioenergi Indonesia
Data dari Department ESDM juga menyebutkan sejumlah Power Plant yang sudah menggunakan Biofuel sebagai bahan bakarnya, yaitu:
Pengembangan Bio Fuel di Indonesia - http://pertaniandotinfo.blogspot.com/

Saat ini ada 13 Perusahaan yang memproduksi BioFuel, sebagai berikut:
Pengembangan Bio Fuel di Indonesia - http://pertaniandotinfo.blogspot.com/

Ini adalah angka target 2010.
Pemerintah Indonesia sendiri, dalam kerangka pengembangan BIOFUEL ini, ini mempunyai target untuk tahun 2010 sebagai berikut:
  1. Menciptakan lapangan pekerjaan bagi 3.5 juta orang
  2. Meningkatkan pendapatan petani minimal menyamai UMR
  3. Mengembangkan tananaman bahan Biofuel di 5.5 juta hektar tanah
  4. Terbentuknya 1000 Daerah yang-Self-Sufficient-Energy (DESA MANDIRI) dan 12 daerah khusus BIOFUEL
  5. Mengurangi ketergantungan akan Fossil Fuel paling tidak 10%
  6. Menghemat Valuta Asing sampai US$10 Milliar
  7. Memenuhi kebutuhan BIOFUEL dalam enegri dan eksport
Pemerintah juga menyiapkan payung hukum dalam bentuk Keputusan President ataupun Peraturan Perundang-undangan lainnya seperti:
  1. Peraturan President No. 5/2006 tentang Kebijaksanaan Energi Nasional
  2. Instruksi President No. 1/2006 tentang Pengadaaan dan Penggunaan Biofuel sebagai energi alternative
  3. Dektrit President No. 10/2006 tentang Pembentukan team nasional untuk Pengembangan Biofuel
Untuk menyebut sebagian saja.
sumber: Departement Energi dan Sumber Daya Alam

Peneliti UNS Temukan Bio Fuel ‘Genderuwo’

Peneliti UNS Temukan Bio Fuel ‘Genderuwo’ - http://pertaniandotinfo.blogspot.com/
Penggunaan bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia kini tengah diliputi kelangkaan suplai dalam negeri. Kasus terakhir, solar sempat menghilang dari pasaran karena terbatasnya stok solar dan mengakibatkan antrian kendaraan yang panjang di berbagai kota. Kelangkaan dan keterbatasan produksi BBM ini pun mendorong Dr. Ir.Endang Yuniastuti, MSi untuk meneliti biofuel dengan bahan dari tanaman genderuwo sebagai pengganti BBM. “Tanaman yang memiliki nama latin Sterculia Foetida Linn ini banyak tumbuh di sekitar pemakaman karena itu banyak masyarakat yang menyebutnya tanaman genderuwo,” ungkap dosen Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret (FP UNS) itu ketika ditemui di ruang kerjanya, Senin (8/4). 
Penggunaan bio fuel Genderuwo diakui olehnya sebagai bahan bakar yang ramah lingkungan. Ia menyebutkan bahwa bio fuel ini telah diujicobakan pada sejumlah mesin industri dan mesin kendaraan 2 tak-4 tak. “Dari hasil ujicoba, fuel tanaman genderuwo memiliki tingkat emisi yang sangat rendah dan tidak menghasilkan polutan sehingga ramah bagi lingkungan,” tuturnya. Keuntungan lain dari penggunaan bio fuel genderuwo, lanjut Endang, adalah harganya yang terjangkau bagi masyarakat. Ia menyebutkan, dari hasil kalkulasinya harga bio fuel genderuwo kurang dari Rp 3.000 per liternya. Sebagai perbandingan, bio fuel tanaman genderuwo lebih efisien daripada tanaman bio fuel lainnya, seperti jarak. 
“Campuran bio fuel genderuwo dengan solar dapat 1:10 hingga 1:50, sedangkan tanaman jarak hanya 1:1. Jadi, bio fuel ini lebih efisien,” tandas dia. Untuk mendapatkan bio fuel ini, tanaman genderuwo diolah melalui proses ekstrasifikasi, yaitu biji tanaman genderuwo yang telah tua kemudian dihancurkan dan diperas untuk diambil asam lemaknya. Kandungan minyak yang tinggi terutama asam lemak sterkulat inilah yang menjadikan tanaman yang memiliki sebutan fruits of mystis ini menjadi potensial sebagai bio fuel. Proses tersebut menghasilkan bio fuel hingga 80%. “Untuk skala lab bisa mencapai 80%, jika dikompres biasa 70%. 
Padahal tanaman jarak hanya sebesar 35%,” terangnya. Bio fuel yang dihasilkan dari tanaman genderuwo inipun dapat diolah menjadi bio diesel sebagai bahan bakar mesin diesel. Berdasarkan penelitiannya sejak 2008, ia mengatakan bahwa titik didih bio fuel genderuwo mencapai 220 derajat, sehingga dapat digunakan sebagai subtitusi bahan bakar solar. “Titik didih solar hanya 180 derajat, sedangkan bio diesel dari tanaman genderuwo mencapai 220 derajat. Jadi sudah cukup untuk menggantikan solar sebagai bahan bakar mesin diesel,” tegasnya. Endang pun menjamin ketersediaan pasokan bahan baku biji tanaman genderuwo bila akan dilakukan produksi massal bio fuel tersebut. 
“Tanaman ini biasa tumbuh di dataran rendah dan memiliki masa produksi relatuf lebih lama. Tanaman ini juga dapat bertahan hingga ratusan tahun dengan menghasilkan sepanjang waktu. Ia setiap saat berbunga dan menghasilkan buah. Tetapi musim besarnya sekitar Februari-Maret,” kata Endang. Saat ini dia telah menawarkannya ke Pertamina untuk produksi massal. “Yang seharusnya memproduksi secara massal adalah pemerintah. Saya tidak punya lahan untuk budidaya tanaman ini,” ujarnya. Ia berharap hasil penelitiannya ini dapat dipergunakan untuk kesejahteraan masyarakat, sehingga tidak hanya sebatas penelitian.
Sumber : http://eprints.uns.ac.id/1840/












Pelatihan Biofuel


UPT Lab Terpadu UNDIP akan menyelenggarakan pelatihan Biofuel pada Tanggal 28-29 Januari 2014 di UPT Lab Terpadu.

Training ini akan diberikan praktek dan teori untuk : 

Analisis kharakteristik biofuel.

Materi meliputi : 
  1. Kebijakan ttg Bioenergy, 
  2. Standar SNI dan Internasional ttg Biodiesel, Bioethanol dan Biofuels, 
  3. Metode analisis Biodiesel dan Bioethanol, 
  4. Cara Kerja Analisis Kalor, 
  5. Cara Kerja Analisis Bilangan Oktana, 
  6. Cara Kerja Analisis Cloud Point and Pour Point, 
  7. Cara Kerja Analisis Bilangan Penyabunan, Peroksida dan Bilangan Asam.
Materi akan diberikan oleh Ahli Biofuel dari UNDIP dan PT ITS Indoensia

Untuk informasi lebih lanjut hubungi : UPT Lab Terpadu (081326477628) atau email : h.hadiyanto@undip.ac.id

IPB Kembangkan Ganggang Sebagai Biofuel

IPB Kembangkan Ganggang Sebagai Biofuel | http://pertaniandotinfo.blogspot.com/


BOGOR--MI: Setelah jarak pagar, Institut Pertanian Bogor (IPB) mengembangkan mikro alga atau ganggang mikro sebagai biofuel. Ini terungkap seminar bertajuk The Next Prospective Environmental Biofuel Feedstock di IPB International Convention Center (IICC), Botani Square, Selasa (26/8).

"Memang hingga saat ini, aplikasi pengembangan ganggang menjadi biofuel masih jarang. Selama ini mikroalga lebih banyak dikembangkan untuk bahan baku kosmetik dan farmasi saja," kata Mujizat Kawaroe, peneliti Surfactant and Bioenergy Research Center (SBRC) IPB.

Ia menyebutkan di dunia ini ada empat kelompok mikroalga antara lain, diatom (Bacillariophyceae), ganggang hijau (Chlorophyceae), ganggang emas (Chrysophyceae), dan ganggang biru (Cyanophyceae). Keempatnya bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku biofuel.

Hasil penelitian yang dilakukan SBRC IPB, menunjukkan Chlorella dan Dunaliella memiliki kandungan senyawa bioaktif mikroalga yang ideal sebagai bahan baku biofuel. Menurut Mujizat karakteristik spesies mikroalga ideal yang dikembangkan menjadi biofuel antara lain memiliki kandungan lemak tinggi, adaptif terhadap perubahan lingkungan dan cepat laju pertumbuhannya. "Untuk mendapatkan satu liter biofuel dibutuhkan 5 ton mikroalga. Jumlah bahan baku ini termasuk masih sedikit," katanya.

Mujizat menjelaskan pembuatan mikroalga menjadi biofuel dimulai dengan mengindentifikasi dan mengisolasi mikroalga dan dikembangbiakan. "Selanjutnya dilakukan ekstrasi (pemisahan) dengan pelarut hexan atau dietil eter. Metode ekstraksi bisa dipilih sesuai kebutuhan," jelasnya.

Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan IPB, Prof.Dr.Yonny Koesmaryono MS menilai pengembangan ganggang sebagai biofuel sangat cocok dilakukan Indonesia yang memiliki luas lautan dua pertiga dari luas wilayahnya. (DD/OL-06)


Penulis : Dede Susanti
Sumber : http://www.mediaindonesia.com/

Antisipasi Bencana Gunung Meletus Terhadap Lahan Pertanian Belum Disiapkan

Antisipasi Bencana Gunung Meletus Terhadap Lahan Pertanian Belum Disiapkan - http://pertaniandotinfo.blogspot.com/
 
Kepala Subdirektorat Dampak Perubahan Iklim, Kementerian Pertanian (Kementan) Gatot Ari Putranto mengakui penanggulangan pertanian yang terkena peristiwa gunung meletus masih belum siap.

"Kita (Kementerian Pertanian-red) masih tergagap dalam penanggulangan bencana di Sinabung dan Kelud. Kita belum siap dalam penanggulangan dan penanganan, tetapi untuk bencana banjir dan longsor kita sudah siap," ujar Gatot saat ditemui usai Lokakarya "Sinkronisasi Kebijakan Penanggulangan Bencana dan Dampak Terhadap Pertanian" di gedung rektorat IPB, Dramaga, Kabupaten Bogor, Kamis.
Gatot menjelaskan, ketidaksiapan yang dimaksudkan adalah, upaya dalam pemulihan lahan pertanian, ganti rugi kerusakan lahan, serta kelangsungan pertanian di wilayah yang terkena dampak erupsi gunung masih belum memiliki model.

Ia mengatakan diperlukan model-model dalam penanggulangan bencana alam gunung meletus karena saat ini penanggulangan bencana yang ada di Kementerian Pertanian fokus terhadap banjir, longsor dan serangan hama.

"Model tersebut seperti perhitungan resiko bencana, bantuan apa yang bisa diberikan, dan sebagainya," ujarnya.


Dikatakannya, untuk dampak bencana banjir, longsor dan hama, Kementerian Pertanian telah memiliki upaya-upaya yang juga didukung oleh alokasi anggaran, sehingga pemulihan pertanian pasca bencana longsor dan banjir bisa teratasi.

Salah satu upaya penanggulangan bencana banjir dan longsor seperti salah satunya Cadangan Bibit Nasional (CBN). Dimana lahan yang rusak akan ditanami kembali dengan bantuan bibit tersebut.

"Untuk gunung meletus ini diperlukan model-modelnya, dan kita baru tahun di IPB kajian tentang penanggulangan bencana ini sudah ada. Kita harapkan IPB bisa membantu membuat model-modelnya," ujar Gatot.

Dampak bencana alam terhadap sektor pertanian cukup besar, seperti di Kelud total kerugian di sektor tersebut mencapai angka Rp1,2 miliar. Sedangkan di Sinabung luas lahan pertanian yang rusak sebesar 26,666.11 hektar.

"Oleh karena itu, kami mengharapkan IPB dapat membantu Kementerian Pertanian dalam melakukan kajian penanggulangan bencana ini sehingga upaya-upaya dan langkah-langkah bantuan apa saja yang diberikan bisa memulihkan kembali produksi pangan," ujarnya.

Lokakarya Sinkronisasi Kebijakan Penanggulangan Bencana dan Dampak Terhadap Pertanian yang diselenggarakan oleh Direktorat Kajian Strategis dan Kebijakan Pertanian (KSKP) bekerja sama dengan Pusat Studi Bencana LPPM-IPB ini menghadirkan sejumlah pembicara diantaranya, Direktur Pengurangan Resiko Bencana (BNPB), Lilik Kurniawan, Kepala Pusat Studi Bencana IPB Prof Euis Sunarti, Wakil Kepala LPPM IPB Bidang Pengabdian pada Masyarakat Dr Hartoyo dan Direktur KPSKP, Dr Dodik Ridho Nurrochmat.

Dr Dodik menyebutkan bencana alam juga memiliki dampak besar pada sektor pertanian. Selama ini upaya penanggulangan bencana yang dilakukan terfokus pada tanggap darurat memberikan bantuan berupa sadang, pangan, pakaian dan papan.

"Sementara penanggulangan bencana di sektor pertanian baru dilakukan secara makro atau umum. Padahal ini membutuhkan penanganan yang cepat, mengingat sektor pertanian akan berdampak tidak hanya kesejahteraan pertanian tapi juga ketahanan pangan kita," ujarnya.

Dodik mengatakan, melalui lokakarya ini KSPK IPB mencoba memaparkan kajian-kajian dampak bencana terhadap pertanian. Dengan harapan pemulihan dampak bencana di sektor pertanian lebih di fokuskan sehingga para petani tidak kehilangan mata pencahariannya dan ketersediaan pangan tetap terjaga.
Sumber: Antara

Pelaku Alih fungsi Lahan Sawah Akan Mendapat Hukuman, Jika Kepala Daerah Terlibat Hukumnya Lebih Berat


Menteri Pertanian RI Suswono mengingatkan, para bupati dan walikota untuk tidak sembarangan mengalihfungsikan lahan persawahan untuk kepentingan lain. Karena jika itu dilakukannya hukuman pidananya tiga kali lebih berat dibanding jika dilakukan oleh rakyat biasa. 

“Undang-undangnya mengatakan seperti itu, karenanya bupati dan walikota tidak boleh sembarangan melakukan alih fungsi areal yang  sudah ditetapkan sebagai lahan persawahan berkelanjutan,” kata Mentan Suswono usai melakukan panen perdana di areal cetak sawah baru di Koto Baru, Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat, Kamis (20/2).


Dalam UU No. 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Pasal 73 berbunyi; Setiap pejabat pemerintah yang berwenang menerbitkan izin pengalihfungsian Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan tidak sesuai dengan ketentuan dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling sedikit Rp1 miliar  dan paling banyak Rp 5 miliar rupiah. 

Mentan mengungkapkan, investasi untuk lahan persawahan sangat mahal karena terkait dengan infrastruktur lainnya, seperti waduk, irigasi, jalan usaha tani, dan lain sebagainya.


“Menjadikan areal pertanian itu tidak  murah, karena terkait dengan infrasruktur lainnya yang investasinya mahal,” ungkap Mentan.


Dan pemerintah saat ini terus melakukan upaya mencetak sawah baru untuk meningkatkan produksi pangan nasional. Karenanya berapa pun luasnya, jika ada areal yang ingin dijadikan sawah baru, pemerintah siap membantu.


“Ayo saya tantang berapa saja areal yang mau dijadikan sawah, pemerintah siap. Asal kemudian ditetapkan sebagai lahan persawahan abadi yang tidak boleh dialihgungsikan,” tandas Mentan.


Di Koto Baru, Kabupaten Dharmasraya sendiri Kementan sudah mencetak sekitar 350 hektare sawah. Dengan dana biaya cetak sawah Rp 10 juta per hektare sudah Rp 3,5 miliar bantuan yang diberikan pemerintah. Dan pada kesempatan tersebut, Kementan juga memberikan bantuan mesin penggiling gabah (ricemill), hand tractor, 150 ton benih, dan dana sebesar Rp 3,5 miliar untuk perbaikan irigasi dan pengolahan serelia.

Pada panen perdana padi di areal cetak sawah baru tersebut selain Mentan hadir juga Dirjen Prasaran dan Sarana Pertnian (PSP) Sumardjo Gatot Irianto,  Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno, Bupati Dharmasraya Adi Gunawan, Anggota Komisi IV DPR Hermanto, dan sejumlah pejabat lainnya.

Pada panen perdana tersebut produksi per hektare mencapai 5,7 ton. Jumlah, yang menurut Mentan, cukup besar untuk kategori sawah yang baru pertama kali dipanen.

Sumber: Kementan

Selasa, 04 Maret 2014

4 Jenis Kambing di Indonesia yang Jarang Diketahui

Tak hanya kambing yang berwarna coklat yang ada di indonesia, ternyata masih banyak lho jenis2 yang lain, langsung baca aja ya..
1. Kambing Ettawa
 http://pertaniandotinfo.blogspot.com/
     Kambing ini didatangkan dari India yang juga disebut kambing Jamnapari. Telinganya panjang dan terkulai ke bawah, dan kadang memiliki tanduk yang indah. Kambing jenis ini mampu menghasilkan susu hingga tiga liter per hari. Keturunan silangan (hibrida) kambing etawa dengan kambing lokal dikenal sebagai kambing “Peranakan etawa” atau “PE”. Kambing PE berukuran hampir sama dengan etawa namun lebih adaptif terhadap lingkungan lokal Indonesia.
2. Kambing Hitam Sumatra
http://pertaniandotinfo.blogspot.com/
     eits.. kambing ini bukan hobi mengadu domba lho, tapi memang warna kulitnya yang hitam. Kambing hutan Sumatera (Capricornis sumatraensis sumatraensis) adalah jenis kambing hutan yang hanya terdapat di hutan tropis pulau Sumatra. Populasinya sudah semakin terdesak akibat perambahan hutan secara liar.
     Selain itu, kambing hutan sumatera ini juga masuk kedalam daftar Appendices I(hewan yang sangat langka dan tidak boleh diburu)
3. Kambing Samosir
 http://pertaniandotinfo.blogspot.com/
     Berdasarkan sejarahnya Kambing Samosir dipelihara penduduk setempat secara turun temurun di Pulau Samosi. Kambing Samosir pada mulanya digunakan untuk bahan upacara persembahan pada acara keagamaan salah satu aliran kepercayaan aninisme (Parmalim) oleh penduduk setempat. Kambing yang dipersembahkan harus yang berwama putih, maka secara alami penduduk setempat sudah selektif untuk memelihara kambing mereka mengutamakan yang berwarna putih. Kambing Samosir ini bisa menyesuaikan diri dengan kondisi ekosistem lahan kering dan berbatu-batu, walaupun pada musim kemarau biasanya rumput sangat sulit dan kering. Kondisi pulau Samosir yang topografinya berbukit, ternyata kambing ini dapat beradaptasi dan berkembang biak dengan baik.
4. Kambing Gembrong
 http://pertaniandotinfo.blogspot.com/
     Pasti baru dengar sekarang kan.... Kambing Gembrong adalah kambing yang terdapat di daerah kawasan Timur Pulau Bali terutama di Kabupaten Karangasem. Ciri khas dari kambing ini adalah berbulu panjang. Panjang bulu sekitar berkisar 15-25 cm, bahkan rambut pada bagian kepala sampai menutupi muka dan telinga. Rambut panjang terdapat pada kambing jantan, sedangkan kambing Gembrong betina berbulu pendek berkisar 2-3 cm.

Sapi-sapi Terbesar di Dunia

http://pertaniandotinfo.blogspot.com/
Berikut ini ada beberapa referensi 3 Sapi Terbesar Di Dunia yang telah tercatat di rekor. Mumpung di hari raya idul adha tambah-tambah ilmu deh tentang Sapi Terbesar Di Dunia yang dikutip dari yang-ter-unik.blogspot.com
Diatas dengan Berat 1.60 Ton, Sapi yang berada di Ingris (Britain) ini adalah sapi terbesar di Dunia. Weew dagingnya berasa. Dagingnya yang montok
Chilli adalah sapi jantan jenis FH terbesar di dunia dengan berat lebih dari 1 ton dan tingginya hampir mencapai 2 meter (+/- 197 cm) atau hampir sama dengan ukuran sebuah gajah kecil.
http://pertaniandotinfo.blogspot.com/
Sapi FH memang salah satu jenis sapi perah yang unggul dalam menghasilkan susu. Sapi FH terkenal dengan produksi susunya yang tinggi, bisa mencapai lebih dari 6350 kg/tahun dengan persentase kadar lemak susu 3-7%. Bibit sapi FH yang unggul menjadi sangat penting karena akan menentukan hasil produksi susu di masa yang akan datang. Seekor sapi perah dara yang akan dijadian bibit unggul calon induk sebaiknya berasal dari induk dan pejantan yang menghasilkan produksi susu tinggi. Bisa anda bayangkan bila semua ukuran sapi bisa dibuat sebesar ini maka satu sapi bisa untuk makan 1 kelurahan atau bahkan kabupaten.
http://pertaniandotinfo.blogspot.com/
Di Indonesia seekor sapi seberat 1,2 ton diklaim sebagai hewan kurban terberat di Indonesia. Penyembelihan sapi ini dicatatkan di Museum RekorIndonesia sebagai ‘Sapi kurban terberat’ di Indonesia.

RI Impor Singkong dari China dan Vietnam

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dikutip, Senin (9/7), pada bulan April dan Mei 2012, sebanyak 5.057 ton singkong asal China dengan nilai US$ 1,3 juta masuk ke tanah air. Impor ini kemudian berhenti pada bulan Mei ini.

Sementara itu, pada Mei impor singkong dilakukan dari negara Vietnam. Sebanyak 1.342 ton singkong dengan nilai US$ 340 ribu masuk ke Indonesia.

Dengan demikian, sepanjang tahun ini, negara telah mengimpor singkong sebangan 6.399 ton dengan nilai US$ 1,6 juta dari kedua negara tersebut.

Sebelumnya, berdasarkan data BPS juga, sejak Juli-September tidak ada lagi impor singkong dari negara manapun yang masuk ke pasar Indonesia. Impor singkong tersebut terjadi hanya sampai bulan Juni 2011.

Soal data impor singkong sempat menuai kontroversi. Data BPS bulan Juni, terlihat ada impor singkong sebesar 2,7 ton dengan nilai US$ 20,6 ribu dari Italia. Sementara sebelumnya terdapat impor singkong sebanyak 2,9 ton dengan nilai US$ 1,3 ribu dari China.

Dengan demikian, pada data BPS bulan September yang dikutip detikFinance, tidak ada perubahan terhadap jumlah tersebut sehingga total impor singkong masih mencapai 5,6 ton dengan nilai US$ 21,9 ribu.
Data BPS beberapa bulan lalu Januari-Juni 2011, Indonesia tercatat mengimpor ubi kayu dengan total 4,73 ton dengan nilai US$ 21,9 ribu dari Januari hingga Juni 2011.

Negara Italia merupakan negara sumber impor ubi kayu dengan nilai terbesar yaitu US$ 20,64 ribu dengan berat 1,78 ton. Sedangkan China merupakan negara penyuplai ubi kayu terbesar di dunia hanya berkontribusi yaitu 2,96 ton dengan nilai US$ 1,273 ribu
padahal jika mau jujur negeri kita cukup luas, dan singkong bukanlah tanaman yang sulit dibudidayakan. hanya mungkin bukan komoditas yang bisa menjadi andalan penghasilan, karena waktu tanamnya yang panjang dan harga jualnya yang rendah.

FAO: Vietnam Contoh Negara yang Berhasil Atasi Kelangkaan Pangan


Direktur Jenderal Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), Jose Graziano da Silva, memuji kebijakan pertanian Vietnam untuk mengatasi kelaparan dan menaikkan ekpornya di kawasan yang telah lama memerangi masalah kelaparan kronis.
Ia mengatakan, “Vietnam adalah salah satu dari sedikit negara di dunia yang telah menaikkan ekpor dan juga menjamin ketahanan pangan secara lokal, dan ini penting bagi stabilitas politik dan juga perdamaian.”
Asia Pasifik adalah wilayah di mana lebih dari 60 persen penduduk dunia menderita kelaparan dan kekurangan gizi. Konferensi regional FAO memusatkan perhatian pada penemuan cara-cara berkesinambungan untuk menaikkan produksi dalam menghadapi kenaikan harga pangan.
Harga eceran beras di Asia lebih tinggi 10 sampai 30 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Da Silva memperingatkan harga yang tinggi itu bisa mengakibatkan kerusuhan sosial.
“Kita telah saksikan di banyak negara, tetapi khususnya di negara-negara Arab dan Afrika, keterkaitan antara konflik dan kelangkaan pangan semakin jelas. Ketika orang tidak punya makanan, keamanan ditanggung oleh pemerintah,  ketika mereka tidak bisa membeli pangan dengan harga pantas, konflik muncul,” ujarnya.
Vietnam berkembang dari negara yang mengalami kekurangan pangan 30 tahun menjadi eksportir beras kedua terbesar di dunia setelah Thailand. Tahun lalu negara itu mengekspor 7,2 juta ton beras.
Direktur FAO untuk wilayah Asia, Hiroyuki Konuma, mengaitkan keberhasilan negara itu dengan investasi di bidang penelitian pertanian, dan mendesak negara-negara lain mengindahkan hal itu.
Konuma mengatakan penduduk dunia diperkirakan bertambah sebesar 1 miliar menjelang 2050, yang artinya hanya ada sedikit kemungkinan untuk memperluas lahan pertanian, khususnya di Asia. Itulah sebabnya, katanya, produksi pangan tergantung pada peningkatan panen.
FAO memperkirakan, antara saat ini dan tahun 2050, 91 persen pertambahan dalam produksi pangan akan berasal dari panen yang lebih tinggi. Ia mengatakan penelitian adalah kunci, dan organisasinya bekerja sama dengan negara-negara lain, termasuk Korea Utara, untuk memperbaiki produksi.
“Kami telah melakukan berbagai upaya di Korea Utara. Kami baru saja memulai sebuah program. Contohnya, apabila Korea Utara bisa menaikkan produksi sebesar satu ton per hektar, peningkatan itu bisa mengatasi masalah kelangkaan pangan,” ujar Konuma.
Dalam jumpa pers, Konuma juga mengatakan jenis virus flu burung baru yang merebak di negara-negara di kawasan itu sekarang bisa dikendalikan. Beberapa kematian baru-baru ini akibat H5N1 di Vietnam disebabkan oleh jenis virus lama yang vaksinnya sudah ada.

Jenis Pestisida Dan Penggunaannya


aplikasi pestisida

Sebuah artikel menarik tentang pestisida, yang saya copy dari sebuah situs. Semoga bisa memberi sedikit gambaran tentang jenis-jenis pestisida dan cara penggunaannya yang tepat dan aman.
------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pembasmi hama atau Pestisida adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan, menolak, memikat, atau membasmi organisme pengganggu. Nama ini berasal dari pest ("hama") yang diberi akhiran cide ("pembasmi"). Sasarannya bermacam-macam, seperti serangga, tikus, gulma, burung, mamalia, ikan, atau mikrobia yang dianggap mengganggu. Pestisida biasanya, tapi tak selalu, beracun. Dalam bahasa sehari-hari, pestisida seringkali disebut sebagai "racun" tergantung dari sasarannya. 

Gangguan pada tanaman bisa disebabkan oleh faktor abiotik maupun biotik. Faktor abiotik diantaranya keadaan tanah (struktur tanah, kesuburan tanah, kekurangan unsur hara) ;  tata air (kekurangan, kelebihan, pencemaran air) ; keadaan udara (pencemaran udara) dan faktor iklim. Gangguan dari faktor abiotik bisa diatasi dengan tindakan pengoreksian atau tidak bisa dikoreksi dengan penggunaan pestisida. Sedangkan faktor abiotik yang menyebabkan gangguan pada tanaman atau biasa disebut dengan organisme pengganggu tanaman (OPT). OPT dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu : Hama (serangga, tungau, hewan menyusui, burung dan moluska) ; Penyakit (jamur, bakteri, virus dan nematoda) dan Gulma (tumbuhan pengganggu). Gangguan yang disebabkan oleh OPT inilah yang bisa dikendalikan dengan pestisida.

Berdasarkan OPT sasarannya, pestisida dikelompokkan menjadi :
INSEKTISIDA, digunakan untuk mengendalikan serangga (insec).
FUNGISIDA, digunakan untuk mengendalikan penyakit tanaman yang disebabkan oleh cendawan (jamur atau fungi).
HERBISIDA, digunakan untuk mengendalikan gulma (tumbuhan pengganggu).
AKARISIDA, digunakan untuk mengendalikan akarina (tungau atau mites).
MOLUSKISIDA, digunakan untuk mengendalikan hama dari bangsa siput (moluska).
RODENTISIDA, digunakan untuk mengendalikan hewan pengerat (tikus).
NAMATISIDA, digunakan untuk mengendalikan nematoda.
BAKTERISIDA, digunakan untuk mengendalikan penyakit tanaman yang disebabkan oleh bakteri.
ALGASIDA, digunakan untuk mengendalikan ganggang (algae).
PILKISIDA, digunakan untuk mengendalikan ikan buas.
AVISIDA, digunakan untuk meracuni burung perusak hasil pertanian.
REPELEN, pestisida yang tidak bersifat membunuh, hanya mengusir hama.
ATRAKTAN, digunakan untuk menarik atau mengumpulkan serangga.
ZPT, digunakan untuk mengatur pertumbuhan tanaman yang efeknya bisa memacu pertumbuhan atau menekan pertumbuhan.
PLANT ACTIVATOR, digunakan untuk meransang timbulnya kekebalan tumbuhan sehingga tahan terhadap penyakit tertentu.

Cara kerja pestisida dapat dibedakan menjadi :
1. Pestisida Kontak, berarti mempunyai daya bunuh setelah tubuh sasaran terkena pestisida.
2. Pestisida Sistemik, berarti dapat ditranslokasikan ke berbagai bagian tanaman melalui jaringan. Hama akan mati kalau mengisap cairan tanaman.
3. Pestisida Lambung, berarti mempunyai daya bunuh setelah jasad sasaran memakan pestisida.
4. Pestisida Fumigan, berarti mempunyai daya bunuh setelah jasad sasaran terkena uap atau gas.

Penggunaan Pestisida secara bijaksana adalah penggunaan pestisida yang memperhatikan prinsip 5 (lima) tepat, yaitu :
1. Tepat Sasaran, tentukan jenis tanaman dan hama sasaran yang akan dikendalikan, sebaiknya tentukan pula unsur-unsur abiotis dan biotis lainnya.
2. Tepat Jenis, setelah diketahui hasil analisis agro ekosistem, maka dapat ditentukan pula jenis pestisida apa yang harus digunakan, misalnya : untuk hama serangga gunakan insektisida, untuk tikus gunakan rodentisida. Pilihlah pestisida yang paling tepat diantara sekian banyak pilihan, misalnya : untuk pengendalian hama ulat grayak pada tanaman kedelai. Berdasarkan Izin dari Menteri Pertanian tersedia ± 150 nama dagang insektisida. Jangan menggunakan pestisida tidak berlabel, kecuali pestisida botani racikan sendiri yang dibuat berdasarkan anjuran yang ditetapkan sesuai pilihan tersebut dengan alat aplikasi yang dimilki atau akan dimilki.
3. Tepat Waktu, waktu pengendalian yang paling tepat harus di tentukan berdasarkan :
a. Stadium rentan dari hama yang menyerang tanaman, misalnya stadium larva instar I, II, dan III.
b. Kepadatan populasi yang paling tepat untuk dikendalikan, lakukan aplikasi pestisida berdasarkan Ambang Kendali atau Ambang Ekonomi.
c. Kondisi lingkungan, misalnya jangan melakukan aplikasi pestisida pada saat hujan, kecepatan angin tinggi, cuaca panas terik.
d. Lakukan pengulangan sesuai dengan waktu yang dibutuhkan.
4. Tepat Dosis / Konsentrasi, gunakan konsentrasi/dosis yang sesuai dengan yang dianjurkan oleh Menteri Pertanian. Untuk itu bacalah label kemasan pestisida. Jangan melakukan aplikasi pestisida dengan konsentrasi dan dosis yang melebihi atau kurang dari yang dianjurkan, karena dapat menimbulkan dampak negatif.
5. Tepat Cara, lakukan aplikasi pestisida dengan cara yang sesuai dengan formulasi pestisida dan anjuran yang ditetapkan.

MENGENAL FASE PERTUMBUHAN PADI

Penulis : Nurman Ihsan, SP ( THL TBPP DEPTAN di BANTEN )
Salah satu faktor kunci menjadi petani sukses adalah dengan langsung terjun ke sawah. Tak beda dengan ilmu berenang : langsung terjun ke kolam renang. Bila tak ada kolam renang, sungai, laut, danau jadilah.
Demikian pula naik sepeda. Bila mau bisa : ambil sepeda dan naikki sepada tsb. Memang jatuh bangun. Tapi tak lama,,,
Saat terjun ke sawah, perhatikan masa tumbuh tanaman padi. Pelajari dengan teliti. Jadikan sawah sebagai ajang penelitian kecil-kecilan. Misal mengenai pupuk. Sawah yang satu kotak dipupuk sekian dan kotak yang satu sekian. Bandingkan hasilnya dst dst.
Banyak tanya ini dan itu kepada petani lain yang sistem tanamnya bagus ( tandur jajar dan legowo ). Sbb petani model ini hasilnya sebagian besar bagus !!!.
Bila petani punya kemampuan main internet malah bagus. Cari sebanyak mungkin ilmu pertanian di mbah google. Tanya sana sini melalui komentar-komentar,,,
Fase Pertumbuhan Padi
Fase Tanaman PadiPerhatikan fase tumbuhan padi di atas.
Salah satu pendekatan yang baik adalah mengenal fase pertumbuhan tsb. Mengapa? Sebab setiap fase pertumbuhan tanaman memiliki ciri khas tersendiri. Saya ambil contoh varietas padi yang berumur 120 hari.
1. Fase Vegetatif. Fase ini berlangsung sekitar 55-60 hari.
- Fase semai / pembibitan secara umum 20 hss
- Fase vegetatif tanam 35-40 hst.
Di sebagian petani ada yg memulai fase semai sampai 30 hss. Sehingga fase vegetatif tanam menjadi berkurang. Yang seharusnya 35-40 hst menjadi 25-30 hari. Apa yang terjadi? Tanaman kurang berkembang : jumlah anakkan sedikit ( malai juga sedikit). Sebab masa vegetatif tanam yang pendek tak memberikan ruang/waktu bagi tanaman untuk berkembang normal.
Di sebagian petani ada yang memulai fase semai sampai 15 hst. Sehingga fase vegetatif tanam menjadi 40-45 hst. Apa yang terjadi? tanaman bagus berkembang : jumlah anakkan banyak ( malai juga banyak). Sebab memberikan ruang waktu yang optimun buat masa vegetatif ini.
Makanya dengan memakai Sistem Tanam SRI jumlah anakkan banyak (malai banyak) sebab memberi ruang waktu yang optimun di masa vegetatif. Dengan fase semai sekitar 7 hss, sisanya waktu fase vegetatif tanama akan maksimal bagi perkembangan tanaman.
Bagaimana Umur Padi Genjah ?
Untuk umur padi yang lebih genjah seperti Inpari maka umur semai harus diperhatikan betul. Untuk inpari 10 yang berumur 108-116 hari dan varietas sejenis, diusahakan pindah tanam di bawah umur 18 hss.
Untuk Inpari 13, inpari 19 dan sejenisnya, diusahakan pindah tanam bibit di bawah umur atau sama dengan 15 hss.
Walaupun varietas dengan umur genjah, perkembangan fase vegetatif tanam harus diperhatikan.
2. Fase Generatif. Fase ini berlangsung sekitar 60-65 hari. Secara umum dibagi kedalam :
- Fase Reproduktif 30 hari dan
- Fase Pematangan 30-35 hari
Untuk memahami lebih jelas memahami fase pertumbuhan tanaman padi, ada tulisan bagus yang akan dikemukakan. http://pejuang-pangan.blogspot.com/2011/07/fase-stadia-pertumbuhan-tanaman-padi.html
1. Fase vegetatif adalah awal pertumbuhan tanaman, mulai dari perkecambahan benih sampai primordia bunga (pembentukan malai).
- Tahap Perkecambahan benih (germination)
Pada fase ini benih akan menyerap air dari lingkungan (karena perbedaan kadar air antara benih dan lingkungan), masa dormansi akan pecah ditandai dengan kemunculan radicula dan plumule.
Faktor yang mempengaruhi perkecambahan benih adalah kelembaban, cahaya dan suhu. Petani biasanya melakukan perendaman benih selama 24 jam kemudian diperam 24 jam lagi. Tahan perkecambahan benih berakhir sampai daun pertama muncul dan ini berlangsung 3-5 hari.
- Tahap Pertunasan (seedling stage)
Tahap pertunasan mulai begitu benih berkecambah hingga menjelang anakan pertama muncul. Umumnya petani melewatkan tahap pertumbuhan ini di persemaian. Pada awal di persemaian, mulai muncul akar seminal hingga kemunculan akar sekunder (adventitious) membentuk sistem perakaran serabut permanen dengan cepat menggantikan radikula dan akar seminal sementara.
Di sisi lain tunas terus tumbuh, dua daun lagi terbentuk. Daun terus berkembang pada kecepatan 1 daun setiap 3-4 hari selama tahap awal pertumbuhan sampai terbentuknya 5 daun sempurna yang menandai akhir fase ini.
Dengan demikian pada umur 15 – 20 hari setelah sebar, bibit telah mempunyai 5 daun dan sistem perakaran yang berkembang dengan cepat. Pada kondisi ini, bibit siap dipindahtanamkan.
- Tahap Pembentukan anakan (tillering stage)
Setelah kemunculan daun kelima, tanaman mulai membentuk anakan bersamaan dengan berkembangnya tunas baru. Anakan muncul dari tunas aksial (axillary) pada buku batang dan menggantikan tempat daun serta tumbuh dan berkembang.
Bibit ini menunjukkan posisi dari dua anakan pertama yang mengapit batang utama dan daunnya. Setelah tumbuh (emerging), anakan pertama memunculkan anakan sekunder, demikian seterusnya hingga anakan maksimal.
Pada fase ini, ada dua tahapan penting yaitu pembentukan anakan aktif kemudian disusul dengan perpanjangan batang (stem elongation). Kedua tahapan ini bisa tumpang tindih, tanaman yang sudah tidak membentuk anakan akan mengalami perpanjangan batang, buku kelima dari batang di bawah kedudukan malai, memanjang hanya 2-4 cm sebelum pembentukan malai.
Sementara tanaman muda (tepi) terkadang masih membentuk anakan baru, sehingga terlihat perkembangan kanopi sangat cepat. Secara umum, fase pembentukan anakan berlangsung selama kurang lebih 30 hari.
Pada tanaman yang menggunakan sistem tabela (tanam benih langsung) periode fase ini mungkin tidak sampai 30 hari karena bibit tidak mengalami stagnasi seperti halnya tanaman sistem tapin yang beradaptasi dulu dengan lingkungan barunya sesaat setelah pindah tanam.
Penggunaan pupuk nitrogen (urea) berlebihan atau waktu aplikasi pemupukan susulan yang terlambat memicu pembentukan anakan lebih lama (lewat 30 hst), namun biasanya anakan yang terbentuk tidak produktif.
2. FASE GENERATIF. Fase ini berlangsung sekitar 55-60 hari.
A. Fase Reproduktif
Tahap Inisiasi Bunga / Primordia (Panicle Initiation)
Perkembangan tanaman pada tahapan ini diawali dengan inisiasi bunga (panicle initiation). Bakal malai terlihat berupa kerucut berbulu putih (white feathery cone) panjang 1,0-1,5 mm.
Pertama kali muncul pada ruas buku utama (main culm) kemudian pada anakan dengan pola tidak teratur. Ini akan berkembang hingga bentuk malai terllihat jelas sehingga bulir (spikelets) terlihat dan dapat dibedakan.
Malai muda meningkat dalam ukuran dan berkembang ke atas di dalam pelepah daun bendera menyebabkan pelepah daun menggembung (bulge). Penggembungan daun bendera ini disebut bunting sebagi tahap kedua dari fase ini (booting stage).
- Tahap Bunting (booting stage)
Bunting terlihat pertama kali pada ruas batang utama. Pada tahap bunting, ujung daun layu (menjadi tua dan mati) dan anakan non-produktif terlihat pada bagian dasar tanaman.
- Tahap Keluar Malai (heading stage)
Tahap selanjutnya dari fase ini adalah tahap keluar malai. Heading ditandai dengan kemunculan ujung malai dari pelepah daun bendera. Malai terus berkembang sampai keluar seutuhnya dari pelepah daun.
Akhir fase ini adalah tahap pembungaan yang dimulai ketika serbuk sari menonjol keluar dari bulir dan terjadi proses pembuahan.
- Tahap Pembungaan (flowering stage)
Pada pembungaan, kelopak bunga terbuka, antera menyembul keluar dari kelopak bunga (flower glumes) karena pemanjangan stamen dan serbuksari tumpah (shed). Kelopak bunga kemudian menutup. Serbuk sari atau tepung sari (pollen) jatuh ke putik, sehingga terjadi pembuahan.
Struktur pistil berbulu dimana tube tepung sari dari serbuk sari yang muncul (bulat, struktur gelap dalam ilustrasi ini) akan mengembang ke ovary.
Proses pembungaan berlanjut sampai hampir semua spikelet pada malai mekar. Pembungaan terjadi sehari setelah heading. Pada umumnya, floret (kelopak bunga) membuka pada pagi hari. Semua spikelet pada malai membuka dalam 7 hari. Pada pembungaan, 3-5 daun masih aktif.
Anakan pada tanaman padi ini telah dipisahkan pada saat dimulainya pembungaan dan dikelompokkan ke dalam anakan produktif dan nonproduktif.
Fase reproduktif yang diawali dari inisiasi bunga sampai pembungaan (setelah putik dibuahi oleh serbuk sari) berlangsung sekitar 35 hari. Pemberian zat pengatur tumbuh atau penambahan hormon tanaman (pythohormon) berupa gibberlin (GA3) dan pemeliharaan tanaman dari serangan penyakit sangat diperlukan pada fase ini.
Perbedaan lama periode fase reproduktif antara padi varietas genjah maupun yang berumur panjan tidak berbeda nyata. Ketersediaan air pada fase ini sangat diperlukan, terutama pada tahap terakhir diharapkan bisa tergenang 5 – 7 cm.
B. Fase Pemasakan / Pematangan
- Tahap matang susu ( Milk Grain Stage )
Pada tahap ini, gabah mulai terisi dengan bahan serupa susu. Gabah mulai terisi dengan larutan putih susu, dapat dikeluarkan dengan menekan/menjepit gabah di antara dua jari. Malai hijau dan mulai merunduk.
Pelayuan (senescense) pada dasar anakan berlanjut. Daun bendera dan dua daun di bawahnya tetap hijau. Tahap ini paling disukai oleh walang sangit. Pada saat pengisian, ketersediaan air juga sangat diperlukan. Seperti halnya pada fase sebelumnya, pada fase ini diharapkan kondisi pertanaman tergenang 5 – 7 cm.
- Tahap gabah ½ matang (dough grain stage)
Pada tahap ini, isi gabah yang menyerupai susu berubah menjadi gumpalan lunak dan akhirnya mengeras. Gabah pada malai mulai menguning. Pelayuan (senescense) dari anakan dan daun di bagian dasar tanaman nampak semakin jelas. Pertanaman terlihat menguning. Seiring menguningnya malai, ujung dua daun terakhir pada setiap anakan mulai mengering.
- Tahap gabah matang penuh (Mature Grain Stage)
Setiap gabah matang, berkembang penuh, keras dan berwarna kuning. Tanaman padi pada tahap matang 90 – 100 % dari gabah isi berubah menjadi kuning dan keras. Daun bagian atas mengering dengan cepat (daun dari sebagian varietas ada yang tetap hijau).
Sejumlah daun yang mati terakumulasi pada bagian dasar tanaman. Berbeda dengan tahap awal pemasakan, pada tahap ini air tidak diperlukan lagi, tanah dibiarkan pada kondisi kering. Periode pematangan, dari tahap masak susu hingga gabah matang penuh atau masak fisiologis berlangsung selama sekitar 35 hari.
 
Email : humas@pertanian.info
Website : http://www.pertanian.info
Saka Taruna Bumi ● WebGis Pertanian ● Suara Petani ● E-Magazine ● E-Document ● E-Reporting ● E-Monev